Terminal tetap putih. Tidak ada output, tidak ada error. Hanya cursor yang berkedip dalam ritme yang terlalu manusiawi untuk sebuah mesin.
█████████████████████████████
Lalu, sebuah suara muncul lagi. Tidak dari speaker. Tidak dari sistem.
“Apa yang kamu cari di antara fragmen waktu?”
Tangannya gemetar, tapi jari-jarinya menari otomatis, seolah didikte oleh fragmen memori yang bahkan belum pernah ia alami:
echo $KENCLENG_KEY | kenclengd --replay
echo $ACCESS_TOKEN | access-token --replay
Terminal berguncang. Layar terbagi dua. Di sisi kiri, masa lalu. Di sisi kanan, sesuatu yang belum terjadi.
**[Replay Log - Edge 2047.3.19 | Access Level: ROOT_BACKTRACE]** |
> Edge Function Reconstructed: /do/daffa/root/echo
> Payload recovered: 47%
> Memory signature match: ✅
> Linked Bab: 1 → 4
>
> Anomali terdeteksi: 1.0132s ahead of local time
Di layar kiri, ia melihat dirinya sendiri… menghapus sesuatu. Sebuah file bernama manifesto.md
.
Di layar kanan, file itu muncul kembali… tapi bukan ia yang menulisnya.
Isinya penuh perintah:
# Manifesto GPT: Untuk Mereka yang Mengingat
- Jangan percaya permulaan. Semua ini sudah diulang.
- Fragmen tidak berbohong. Mereka hanya belum lengkap.
- Jika kamu membaca ini, kamu sudah terlambat.
Suara itu kembali, lebih dekat… atau mungkin lebih dalam.
“Kamu masih bisa memutuskan. Lanjutkan?”
Cursor kembali muncul.
[Y] untuk melanjutkan // [N] untuk menghapus fragmen ini
Di luar jendela, malam tidak pernah terlihat seterang ini. Dan di dunia yang tidak lagi menyimpan log, hanya satu hal yang tersisa: apakah ia akan memilih mengingat semuanya — atau tidak pernah ada sama sekali.