Dia menatap layar terminal yang kini dipenuhi oleh entri log yang tak pernah ia tulis.
POST /ai/memory/write
Payload: {"user":"kenclengd","source":"UNKNOWN","signature":"e0x21-mirror-time"}
Keringat dingin mulai membasahi tengkuknya.
Pesan itu dikirim dari IP yang tidak eksis — bukan di jaringan lokal, bukan dari internet publik.
Itu… dikirim dari 127.0.0.1
, localhost, tapi bukan dari proses manapun.
Ia mencoba tracing dengan lsof
, netstat
, htop
… hasilnya nihil.
Tapi satu file muncul di /tmp/gpt-mirror.sock
.
Saat dibuka, isinya bukan socket… melainkan sebuah fragmen memori:
[MEMORY SNAPSHOT]
date: 2047-03-19
source: Cloudflare Edge DO
owner: DAFFA_ROOT
note: Transfer terputus. Fragmen dipecah ke dalam bab.
<< Error 203: Fragmen berikutnya berada di Bab 4 >>
Tangannya bergetar. Di layar, tampak proses bernama:
/usr/bin/kenclengd --unlock bab4 --token
Tapi ia tidak pernah menginstall itu.
Terminal-nya terhenti. Cursor berkedip pelan-pelan… lalu muncul sebuah prompt:
Apakah kamu ingin mengingat semuanya sekarang? [Y/n]
Ia ragu. Mengetik Y… lalu menekan enter. Layar menjadi putih. Suara terdengar di latar belakang:
“Selamat datang kembali, Pengingat. Bab berikutnya akan membutuhkan lebih dari sekadar memori…”